Minggu, 09 Mei 2010

BENTUK – BENTUK PERUSAHAAN
Adapun jenis-jenis perusahaan :
1. Usaha Perseorangan,
2. Firma (Fa),
3. Perseroan Komanditer (CV),
4. Perseroan Terbatas Negara (Persero),
5. Perusahaan Negara Umum (PERUM),
6. Koperasi, dan
7. Yayasan
1. PERUSAHAAN PERORANGAN
Seluruh modal dari perusahaan jenis ini hanya dimiliki oleh satu orang saja, sehingga tanggung jawabnya pun dibebankan kepada satu orang saja, yaitu pemilik modal selaku pengusaha tunggal. Adapun orang lain yang terlibat dalam perusahaan ini hanya sebatas membantu pengusaha berdasarkan perjanjian kerja atau pemberian kuasa.
Dalam hukum positif di Indonesia, tidak ditemukan satu pun aturan hukum yang mengatur secara khusus tentang perusahaan perseorangan ini. Menurut H.M.N. Purwosutjipto, bentuk perusahaan perseorangan secara resmi tidak ada. Namun dalam dunia bisnis, masyarakat telah mengenal dan menerima bentuk perusahaan perseorangan ini. Pada umumnya masyarakat yang ingin menjalankan usahanya dalam bentuk perusahaan perseorangan ini menggunakan bentuk Perusahaan Dagang (PD) atau Usaha Dagang (UD).
Kebaikan :
• Pemilik bebas mengambil keputusan
• Seluruh keuntungan perusahaan menjadi hak pemilik perusahaan
• Rahasia perus ahaan terjamin
• Pemilik lebih giat berusaha
Keburukan :
• Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
• Sumber keuangan perusahaan terbatas
• Kelangsungan hidup perusahaan kurang terjamin
• Seluruh aktivitas manajemen dilakukan sendiri, sehingga pengelolaan manajemen menjadi kompleks
2. Ciri-ciri perusahaan perseorangan
Adapun ciri-ciri perusahaan perseorangan antara lain :
1. Dimiliki perseorangan (individu atau perusahaan keluarga)
2. Pengelolaannya sederhana
3. Modalnya relative tidak terlalu besar
4. Kelangsungan usahanya tergantung pada para pemiliknya
5. Nilai penjualannya dan nilai tambah yang diciptakan relative kecil
2. FIRMA
Persekutuan antara dua orang atau lebih dengan bersama untuk melaksanak an usaha, umumnya dibentuk oleh orang-orang yang memiliki Keahlian sama atau seprofesi dengan tanggungjawab masing-masing anggota tidak terbatas, laba ataupun kerugian akan ditanggung bersama.
Kebaikan :
• Kemampuan manajemen lebih besar, karena ada pembagian kerja diantara para anggota
• Pendiriannya relatif mudah, baik dengan Ak ta atau tidak memerlukan Akta Pendirian
• Kebutuhan modal lebih mudah terpenuhi
Keburukan :
• Tanggungjawab pemilik tidak terbatas
• Kerugian yang disebabkan oleh seorang anggota, harus ditangung bersama anggota lainnya
• Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu.
Ciri –ciri bentuk badan usaha firma
a. Anggota firma biasanya sudah saling mengenal dan saling mempercayai.
b. Perjanjian firma dapat dilakukan di hadapan notaris maupun di bawah tangan.
c. Memakai nama bersama dalam kegiatan usaha.
d. Adanya tanggung jawab dan resiko kerugian yang tidak terkendal
3. PERSEROAN KOMANDITER (CV)
Bentuk Badan Usaha CV adalah bentuk perusahaan kedua setelah PT yang paling banyak digunakan para pelaku bisnis untuk menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia. Namun tidak semua bidang usaha dapat dijalankan Perseroan Komanditer (CV), hal ini mengingat adanya beberapa bidang usaha tertentu yang diatur secara khusus dan hanya dapat dilakukan oleh badan usaha Perseroan Terbatas (PT).
Perseroan Komanditer adalah bentuk perjanjian kerjasama berusaha bers ama antara 2 (dua) orang atau dengan AKTA OTENTIK sebagai AKTA PENDIRIAN yang dibuat dihadapan NOTARIS yang berwenang. Para pendiri perseroan komanditer terdiri dari PESERO AKTIF dan PERSERO PASIF yang membedakan adalah tanggungjawabnya dalam perseroan.
Persero Aktif yaitu orang yang aktif menjalankan dan mengelola perusahaan termasuk bertanggung jawab secara penuh atas kekayaan pribadinya. Persero Pasif yaitu orang yang hanya bertanggung jawab sebatas uang yang disetor saja kedalam perusahaan tanpa melibatkan harta dan kekayaan peribadinya.
Kebaikan :
• Kemampuan manajemen lebih besar
• Proses pendirianya relatif mudah
• Modal yang dikumpulkan bisa lebih besar
• Mudah memperoleh kredit
Keburukan :
• Sebagian sekutu yang menjadi Persero Aktif memiliki tanggung tidak terbatas
• Sulit menarik kembali modal
• Kelangsungan hidup perusahaan tidak menentu

4. PERSEROAN TERBATAS (PT)
Bentuk badan usaha PT adalah bentuk perusahaan yang paling populer dalam bisnis dan paling banyak digunakan oleh para pelaku bisnis di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usaha diberbagai bidang. Selain memiliki landasan huk um yang jelas seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang PERSEROAN TERBATAS bentuk PT ini juga dirasakan lebih menjaga keamanan para pemegang saham/pemilik modal dalam berusaha.
Sama halnya dengan CV pendirian PT juga dilakukan minimal oleh 2 (dua) orang atau lebih, karena sistem hukum di Indonesia menganggap dasar dari perseroan terbatas adalah suatu perjanjian maka pemegang saham dari perseroan terbatas pun minimal haruslah berjumlah 2 (dua) orang, dengan jumlah modal dasar minimum Rp. 50.000.000,-, sedangkan untuk bidang usaha tertentu jumlah modal dapat berbeda seperti yang ditentukan serta berlaku aturan khusus yang mengatur tentang bidang usaha tersebut.
Berdasarkan Jenis Perseroan, maka Perseroan Terbatas (PT) dibagi menjadi :
- PT-Non Fasilitas Umum atau PT. Biasa
- PT-Fasilitas PMA
- PT-Fasilitas PMDN
- PT-Persero BUMN
- PT-Perbankan
- PT-Lembaga Keuangan Non Perbankan
- PT-Us aha Khusus
Berdasarkan penanaman modalnya jenis perseroan terbatas dibagi menjadi :
Perseroan Terbatas dalam rangka Penanaman Modal Asing (PT-PMA)
Perseroan Terbatas dalam rangka Penanaman Modal Dalam Negeri (PT-PMDN)
Perseroan Terbatas yang modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia/Badan Hukum Indonesia (PT-SWASTA NASIONAL)
PT-Perseron BUMN,Perseroan Terbatas yang telah go public (PT-Go Public) yaitu perseroan yang sebagian modalnya telah dimiliki Publik dengan jalan membeli saham lewat pasar modal (Capital Market) melalui bursa-bursa saham
Walaupun populer dalam kegiatan bisnis bentuk PT pun memiliki kebaikan dan keburukan antara lain :
Kebaikan :
* Pemegang saham bertanggung jawab terbatas terhadap hutang-hutang perusahaan
* Mudah mendapatkan tambahan dana/modal misalnya dengan mengeluarkan
saham baru
* Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin
* Terdapat efesiensi pengelolaan sumber dana dan efesiensi pimpinan, karena
pimpinan dapat diganti sewak tu-waktu melalui Rapat Umum Pemegang Saham
* Kepengurusan perseroan memiliki tanggung jawab yang jelas kepada pemilik atau
pemegang saham.
* Diatur dengan jelas oleh undang-undang perseroan terbatas serta peraturan lain
yang mengikat dan melindungi kegiatan perusahaan
Keburukan :
* Merupakan subjek pajak tersendiri dan deviden yang diterima pemegang saham
akan dikenak an pajak
* Kurang terjamin rahasia perusahaan, karena semua kegiatan harus dilaporkan
kepada pemegang saham
* Proses pendiriannya membutuhkan wak tu lebih lama dan biaya yang lebih besar
dari CV
* Proses Pembubaran, Perubahan Anggaran Dasar, Penggabungan dan
Pengambilalihan perseroan membutuhk an waktu dan biaya serta persetujuan dari
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Contoh : PT PERTAMINA, PT.Jasa Marga, PT. PLN, PT Asuransi Jiwasraya.
5. Perum / Perusahaan Umum
Perusahaan umum atau disingkat perum adalah perusahaan unit bisnis negara yang seluruh modal dan kepemilikan dikuasai oleh pemerintah dengan tujuan untuk memberikan penyediaan barang dan jasa publik yang baik demi melayani masyarakat umum serta mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.Organ Perum yaitu dewan pengawas, menteri dan direksi.Contoh perum / perusahaan umum yakni : Perum Peruri / PNRI (Percetakan Negara RI), Perum Perhutani, Perum Damri, Perum Pegadaian, dll.
6. KOPERASI
Bagi masyarakat Indonesia koperasi sudah tidak asing lagi, karena kita sudah merasakan jasa Koperasi dalam rangka keluar dari kesulitan hutang lintah darat. Secara harfiah Kpoerasi yang berasal dari bahasa Inggris Coperation terdiri dari dua suku kata :
Co berarti bersama dan operation berarti bekerja.
Jadi koperasi berarti bekerja sama,sehingga setiap bentuk yang bekerja sama selalu disebut dengan koperasi.
Pengertian pengertian pokok tentang Koperasi :
Merupakan perkumpulan orang orang termasuk badan hukum yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama.
Kerugian dan keuntungan ditanggung dan dinikmati bersama secara adil.
Pengawasan dilakukan oleh anggota.
Mempunyai sifat saling tolong menolong.
7.YAYASAN
Yayasan adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan, didirikan dengan memperhatikan persyaratan formal yang ditentukan dalam undang-undang. Di Indonesia, yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Rapat paripurna DPR pada tanggal 7 September 2004 menyetujui undang-undang ini, dan Presiden RI Megawati Soekarnoputri mengesahkannya pada tanggal 6 Oktober 2004


BENTUK – BENTUK ORGANISASI
Dalam prakteknya bentuk organisasi disesuaikan dengan bidang usaha yang dijalankan.Kemudian juga disesuaikan dengan kebutuhan organisasi itu sendiri.
Bentuk organisasi berdasarkan jumlah pimpinan puncak dapat dibedakan:
a) Organisasi yang mempunyai pimpinan puncak satu orang,
b) Organisasi yang mempunyai pimpinan puncak lebih dari satu orang.
Bentuk organisasi berdasarkan hubungan – hubungan wewenangnya:
a) Wewenang lini
b) Wewenang staf
c) Wewenang fungsional
ORGANISASI LINI/GARIS
Organisasi ini adalah organisasi yang semata – mata memiliki wewenang lini dalam organisasi nya.Organisasi ini merupakan bentuk organisasi yang berskala kecil dengan sedikit jumlah karyawan yang belum atau sedikit memiliki spesialisasi.
Cirri – cirri organisasi lini antara lain;
1) Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung melalui satu garis wewenang.
2) Jumlah karyawan sedikit,maka struktur organisasi masih sederhana.
3) Pimpinan dan karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari kerja.
4) Masing – masing kepala unit mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh atas segala bidang pekerjaan yang ada dalam bidang unit nya.
5) Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan.
6) Pucuk pimpinan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal, segala keputusan dan tanggung jawab ada pada satu tangan.
7) Tingkat spesialisasi belum begitu tinggi, alat yang diperlukan tidak beraneka ragam.
8) Organisasi kecil.

Keuntungan organisasi lini;
1) Kesatuan pimpinan terjamin sepenuhnya, karena pimpinan berada pada satu tangan.
2) Disiplin dan militansi anggota pada umumnya tinggi.
3) Koordinasi relative mudah dilaksanakan.
4) Proses pengambilan keputusan dan pemberian instruksi berjalan cepat.
5) Garis pimpinan tegas.
6) Rasa solidaritas karyawan tinggi.
7) Pengendalian secara ketat terhadap kegiatan karyawan dapat dilakukan.
Kelemahan organisasi lini;
1) Tujuan pribadi pimpinan sering kali tidak dapat dibedakan dengan tujuan organisasi.
2) Ada kecenderungan pimpinan bertindak otoriter dan dictator.
3) Kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.
4) Organisasi secara keseluruhan terlalu bergantung pada satu orang.

ORGANISASI LINI DANSTAF
Pada tipe ini, asas kesatuan komando tetap diperhatikan.Pemilihan wewenang berlangsung vertical dan sepenuhnya dari pimpinan tertinggi kapada unit dibawahnya.
Dalam membantu kelancaran tugas pimpinan, dia mendapat bantuan staf dimana tugas para staf adalah member bantuan, saran dan pelayanan kepada pimpinan, sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.Garis wewenang tetap berada pada pimpinan sedangkan staf hanya memiliki wewenang staf saja.
Cirri – cirri organisasi lini dan staf:
1) Organisasi besar dan bersifat komplek.
2) Jumlah kryawan banyak.
3) Hubungan antara atasan dan bawahan tidak bersifat langsung.
4) Pimpinan dan karyawan semuanya tidak saling kenal.
5) Spesialisasi dengan beraneka ragam diperlukan dan dimanfaatkan secara maksimal.
6) Kesatuan perintah tetap dipertahankan,
7) Terdapat dua bentuk wewenang yaitu wewenang lini dan wewenang staf.
Dalam organisasi ini wewenang staf dibagi menjadi dua kategori:
a) Staf ahli (Spesialist Staff)
Mencakup:
1. Staf penasehat
2. Staf pelayan
3. Staf pengendali
4. Staf fungsional

b) Personal staff
Mencakup:
1. Pembantu (asisten)
2. Staf umum
Kebaikan organisasi lini dan staf;
1) Asas kesatuan pimpinan tetap dipertahan kan
2) Ada pembagian tugas yang jelas
3) Bersifat fleksibel
4) Pengambilan keputusan relative mudah
5) Koordinasi mudah dilakukan
6) Disiplin dan moral karyawan tinggi
7) Keuntungan dari spesialisasi dapat diperoleh
8) Bakat karyawan yang berbeda dapat dikembangkan
Kelemahan organisasi lini dan staf;
1) Kelompok pelaksana sering bingung membedakan antara perintah dan bantuan nasehat
2) Solidaritas para karyawan kurang
3) Persaingan kurang sehat sering terjadi kerena menganggap tugasnyalah yang terpenting

ORGANISASI FUNGSIONAL
Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam – macam fungsi yang harus dilaksanakan.Masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguh – sungguh pucuk pimpinan mendelegasikan wewenang kepada manejer di bawah nya dan meneruskan kepada pelaksana, hanya mengenai tugas tertentu saja.Dengan demikian para bawahan akan mendapat perintah dari beberapa atasan yang masing – masing menguasai suatu keahlian tertentu dan bertanggung jawab sepenuhnya atas bidangnya masing – masing.
Cirri – cirri organisasi fungsional:
1) Pembidangan tugas secara jelas dan tegas dapat dibedakan
2) Spesialisasi para karyawan dapat dikembangkan dan digunakan secara optimal
3) Bawahan akan menerima perintah dari beberapa atasan
4) Koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada level manajemen atas./
5) Koordinasi antara karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya mudah.
Kelebihan organisasi fungsional;
1) Keuntungan adanya spesialisasi dapat diperoleh seoptimal mungkin.
2) Para karyawan akan terampil dibidangnya masing – masing.
3) Effisiensi dan produktivitas dapat ditingkatkan
4) Koordinasi secara menyeluruh biasanya diperlukan pada level manajemen atas.
5) Solidaritas, moral dan disiplin karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya tinggi.
Kelemahan organisasi fungsional;
1) Pekerjaan kadang – kadang sangat membosankan
2) Para karyawan terlalu m,ementingkan bidang nya saja sehingga koordinasi secara menyeluruh sulit dilakukan.
3) Memungkin kan pengelompokan ikatan karyawan pada fungsi yang sama.

ORGANISASI LINI STAF DAN FUNGSIONAL
Organisasi ini merupakan kombinasi dari ketiga tipe yaitu,organisasi lini, staf, dan fungsional.Tipe ini biasanya diterapkan pada organisasi besar dan komplek pada tingkat dewan direksi diterapkan tipe organisasi lini dan staf,sedangkan pada madya diterapkan tipe organisasi fungsional.
FLAT ORGANIZATION ATAU T5 FORM ORGANIZATION
Cirri – cirri organisasi flat adalah:
1) Tingkat birokrasinya lebih rendah, lincah, cepat, dan fleksibel.
2) Orientasi ke bawah dan kesamping
3) Pola kepemimpinan berupa kemitraan
4) Struktur organisasi terdiri dari satu jenjang saja dibawah pucuk pimpinan.
5) Komunokasi antara anggota organisasi dilakukan melalui system teknologi informasi
6) Setiap unit setingkat bagian dibantu oleh pegawai pelaksana yang dibentuk sebagai kelompok kerja yang diketuai oleh seorang supervisor.
PENGATURAN SELERA MAKAN TERNAK

Pengaturan selera makan pada ternak para ahli mengemukakan 4 teori yakni :
Teori pertama : Dikemukakan oleh Brobeck, dkk, yakni teori Termostatik.
Menurut Brobeck : hewan akan makan (lapar) untuk mencegah agar suhu tubuhnya tidak turun (hypothermia) dan berhenti makan (kenyang) untuk mencegah agar suhu tubuh tidak naik terus (hyperthermia). Panas yang timbul dari oksidasi makanan berperan sebagai pembawa berita kepusat syaraf (hypothalamus) untuk menyesuaikan konsumsi makanan.
Faktor-faktor yang mendukung teori ini adalah :
1. Pusat lapar dan pusat kenyang peka terhadap perubahan suhu
2. Suhu makan (selera makan) dalam lingkungan yang bersuhu tinggi cenderung menurun
3. Bahan makanan zat makan atau metabulit yang banyak memproduksi panas cenderung cepat menimbulkan rasa (sensasi) kenyang
4. Dalam lingkungan bersuhu tunggi laju sekresi hormon tiroksin yang dihasilkan oleh kelenjer tiroid cenderung menurun

Menurut Anderson dan Lersson (1961) yang disitasi oleh Toha Sutardi bahwa pemanasan daerah hipotalamus dekat pusat juga pada hewan percobaan (kambing) yang sengaja dilaporkan, bila daerah hypotalamus di dinginkan selera makan kambing akan bertambah.
Demikian juga pada sapi yang makanannya terletak dalam sebuah tempat yang suhu lingkungannya sengaja di dinginkan, ternyata dapat merangsang nafsu (selera) makan dari sapi tersebut.
Rendahnya selera makan dalam suhu lingkungan tinggi dapat berpengaruh buruk terhadap penampilan produksi ternak.
Setiap hewan mempunyai suhu keritis rendah, di daerah tropis, penampilan produksinya tidak akan setinggi di daerah dingin yang dimaksud dengan suhu kritis adalah batas suhu terendah dari kisaran suhu termonetral.
Pada ternak sapi suhu termonetral adalah 18 – 22 oC. pada domba yang dicukur bulunya 21 – 31 oC pada kambing 20 – 28 oC dan domba (secara umum) 21 – 25 oC.

Teori kedua : Teori Chemostatic (Glukastatik) dikemukakan oleh Mayer (1952, 1955).
Menyatakan bahwa metabolit dalam darah berperan sebagai pembawa rangsangan kepusat syaraf untuk mengatur selera makan (konsumsi makanan).
Pada hipothalamus terdapat reseptor glukosa yang peka terhadap kadarglukosa darah, sehingga nafsu makan erat hubungannya dengan kadar glukosa darah.

Beberapa alasan Mayer untuk mengemukakan teori glukostatik :
1. Sebagian besar sumber energi dari bahan makanan adalah berasal dari karbohidrat, dan karbohidrat ini akhirnya dirombakmenjadi glukosa dalam tubuh ternak (dimetabolisasikan)
2. Cadangan glukosa dalam tubuh (dalam bentuk glikogen) yang pertama-tama dimanfaatkan bila tubuh kekurangan energi.
3. Semua sel-sel dalam tubuh mampu untuk memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi bagi tubuh
4. Glukosa merupakan regulator (pengatur) dalam metabolisme protein dan lemak

Teori glukostatik kurang dapat diterima oleh ahli nutrisi ruminansia karena:
1. Setelah makan kadar glukosa darah ruminansia tidak banyak berubah
2. Perbedaan kadar glukosa darah antara arteri dengan darah pada yang kurang dari 200 mikrogram/liter. Pemakaian glukosa oleh tenunan pada ruminansia amat kecil
3. Penyuntikan insulin kedalam darah hanya sedikit merubah kadar glukosa darah (kurang dari 200 mikrogram/liter)
4. Penambahan (infusi) glukosa kedalam darah tidak merubah selera makan pada ternak ruminansia

Teori ketiga : yakni teori Lipostatik yang dikemukakan oleh Batas Etamal (1955)
Menyatakan bahwa selera makan dipengaruhi oleh lemak tubuh (pool lemak tubuh mempunyai korelasi negatif dengan selera makan). Bila lemak tubuh terkurang (berkurang) maka selera makan akan naik. Dalam banyak kejadian teori lipostatik ini nampaknya dapat diterapkan pada ternak ruminansia.
Misalnya : konsumsi makanan pada domba laktasi umumnya lebih tinggi dari pada domba kering (tidak menghasilkan susu).

Teori keempat : yakni Teori Aminostatik, teori ini dikemukakan oleh Mellinkoff
Menyatakan bahwa selera maka ditentukan oleh konsentrasi asam amino dalam plasma darah.
Menurut teori ini konsumsi protein tinggi cepat menimbulkan sensasi kenyang karena konsumsi protein tinggi akan meningkatkan kadar asam amino dalam plasma darah (PAA), sehingga kenaikkan kadar PAA akan menurunkan selera makan.
Teori ini kemudian diperbaiki oleh Happer (1964), yang menyatakan bahwa proses penurunan selera makan karena kenaikan kadar PAA hanyalah suatu proses adaptasi saja, karena kalau darah sudah jenuh dengan zat-zat makanan, maka bukan hanya PAA melainkan zat makanan lain ini juga dapat menurunkan selera makan.












Mekanisme Pengaturan Selera Makan :



























Keterangan :
SDA : Specifik Dinamic Action
CNS : Central Nerves System
LK : Lemak
KH : Karbohidrat
Prot : Protein
Dengan adanya makanan dalam alat pencernaan, akan merangsang sekresi dari cairan pencernaan (gastro intetinal Juice).
Bila tekanan osmotik tinggi maka kadar air dari digesta akan meningkat, sehingga dinding lambung (alat pencernaan) akan mengembang (distention).
Zat-zat makanan berbentuk molekul kecil (asam amino, gula dan garam) cenderung untuk meningkatkan (meninggikan) tekanan osmotik, atau melekul kecil ini dapat meningkatkan Distensi darialat pencernaan (terutama lambung) oleh cairan atau gas, sehingga cepat menimbulkan sensasi kenyang.
Zat makanan murni (campuran asam amino atau gula) lebih cepat menimbulkan sensasi kenyang, dibandingkan dengan protein atau karbohidrat alami.
Bagian-bagian otak yang ikut serta dalam pengaturan selera makan adalah:
1. Neo cortex : Peranannya secara fisiologis sulit untuk diterangkan.
2. Limbic System : Berperan sebagai pusat diskriminasi atau seleksi terhadap bahan makanan (pakan), jika pusat ini dirusak, maka selera makan ternak akan meningkat, akan tetapi peningatannya itu abnormal, yaitu ternak akan kehilangan kemampuan untuk membedakan jenis makanan yang dimakannya (apa itu bahan makanan atau tidak).
3. Lobus Pyriform dan Amygdaloid : peranannya mempengaruhi pusat lapar dan pusat kenyang untuk mengubah selera makan (konsumsi).
4. Bagian Dorsel Hypothalamus : merupakan pusat mengaturan selera makan secara Thermostatik.
5. Bagian Lateral Hypothalamus : Berperan sebagai pusat lapar (Hunger Centre).
6. Bagian Ventro-Medial Hypothalamus : Berperan sebagai pusat kenyang (Satiety Centre).
7. Reflek makan (Feeding Reflexes) : Berperan untuk membantu konsumsi makanan melalui kerja panca indra.
Melihat tipe perangsangnya reflek makanan ini terdiri dari : Visual, olfaktoris (penciuman), gustatoris (citra rasa), Auditoris (pendengaran), tactile (sentuhan), dan En Tero Ceptive (melalui Receptor dalam alat pencernaan).


Konsumsi makanan mungkin sekali disaring oleh ternak melalui tiga tingkatan, yakni :
1. Panca indera
2. Alat pencernaan
3. Chemostatic dan thermostatic (setelah diserap dan dimetabolisasikan).
Bahan-bahan makanan yang berbahaya bagi kesehatan atau bernilai gizi rendah mungkin sekali akan ditolak (tidak dimakan oleh ternak), juga bila bau dan rasa makanan yang tidak disukai tidak akan dimakan oleh ternak.
Kontrol konsumsi pada ternak ruminasia pada umumnya dilakukan secara Distention (distensi) dan chemostatik.
Distention ; kontrol distention ini bekerja karena adanya desakan atau tekanan yang diterima oleh dinding rumen, karena adanya makanan (ingesta) dalam rumen atau karena penuhnya rumen (bulk) akibatnya ternak akan berhenti makanan.
Kontrol ini bekerja bila ternak banyak mendapat makanan yang berkualitas rendah yaitu makanan hijauan dan jerami.
Akibat banyak memakan makanan yang berkualitas rendah ini maka saliva (air ludah) akan banyak diproduksi dan juga ternak akan banya membutuhkan air minum, sehingga makanan yang dimakan akan sedikit, disamping itu produksi gas (CO2 + CH4) tinggi ditambah dengan adanya bahan kering (bolus) dan cairan dalam rumen maka volume rumen akan cepat jadi penuh, sehingga terjadilah desakan pada dinding rumen (rumen jadi mengembang), akibatnya hewan akan berhenti makan, tapi kebutuhan energi bagi ternak tersebut belum terpenuhi (belum mencukupi).

Kontrol Chemostatik
Kontrol ini ditentukan oleh jumlah produk fermentatif (VFA) dalam rumen dan jumlah glukosa dalam darah.
Umumnya kontrol ini bekerja bila ternak banyak mendapat makanan yang berkualitas tinggi yakni makanan konsentrat.
Dengan memakan makanan yang berkualitas tinggi (konsentrat) maka kebutuhan ternak akan cepat terpenuhi energi dan bahan kering, akibatnya ternak akan berhenti makan.
Faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah :
1. Waktu : bila waktu terbatas maka ternak akan sedikit mendapat makanan dan banyak ruminasi.
2. Bentuk fisik makanan : bila makanan kasar maka ternak akan banyak ruminansi.
3. Frekuensi pemberian makanan : pemberian makanan yang lebih sering adalah lebih baik karena akan lebih banyak mastikasi (penggunaan) dan waktu untuk ruminansi akan berkurang.

ENSALIVATION
Dalam mulut ternak ruminansia terdapat kelenjar-kelenjar air liur (saliva) keluarnya saliva ini karena stimulir dari pakan yaitu karena adanya gerakan mastikasi (mastication).
SINKRONISASI ESTRUS
Sinkronisasi estrus adalah penyerentakan berahi pada beberapa ekor betina.
Tujuan sinkronisasi yaitu untuk memanipulasi proses reproduksi dari beberapa betina sehingga mengalami estrus secara serenrak.
Sinkronisasi dikatakan berhasil jika ternak tersebut mengalami kebuntingan setelah dikawinkan.
Sikronisasi estrus dapat dilakukan dengan memanipulasi siklus birahi yaitu:
• Menghilangkan fungsi korpus luteum.
• Menekan perkembangan folikel selama fase luteal.

Manfaat sinkronisasi :
1. Untuk menghemat biaya dan menyamakan saluran reproduksi betina antara donor dan resipien pada program transfer embrio.
2. mengurangi waktu untuk menemukan hewan birahi.
3. Memudahkan tatalaksana pemibibitan.
4. Untuk menghemat biaya dan waktu dalam deteksi berahi dan layanan IB oleh
inseminator.
Cara - cara Sinkronisasi antara lain:
1. Menghilangkan corpus luteum atau enukleasi luteal
 Perusakan fisik pada CL dngan menggunakan jari melalui rektum, pada saat CL dalam keadaan berfungsi (masak).
 Perlu tenaga yang profesional.
 50 – 60 % dari sekelompok sapi yang peka, empat hari kemudian akan birahi.
 Resiko hemorhagia dan perlekatan fimbria (Ismaya, 1998).
2. Penyuntikan Progesteron
 Penyuntikan selama 18 -20 hari (50 mg/hari).
 Menghambat fase luteal melalui umpan balik negatif.
 Kelemahannya yaitu injeksi memerlukan waktu dan tenaga, timbulnya birahi bervariasi kurang lebih 5 hari, fertilisasi menurun/rendah (Ismaya, 1998).


3. Pemberian progestagen aktif per oral (mulut)
 Mengatasi kesulitan kedua diatas dan lebih tepat untuk kelompok ternak yang besar dikandang dan terprogram pemberian pakannya
 Progestagen sintetik yaitu melengestrol Asetat (MGA) dan Medroxiprogesteron (MPA), namun lebih bagus MGA daripada MPA.
 Pemberian lewat pakan selama 15-18 hari dan birahi terjadi 3-5 hari kemudian setelah penghentian perlakuan.
 Fertilisasi rendah (42%) dan menjadi 82 % pada estrus berikutnya.
 Pemberian esterogen dan gonadotropin menghambat MGA, fertilisasi tetap rendah (Ismaya, 1998).
4. Implan silastik
 Implan silastik yang mengandung MGA ditanam dibawah kulit leher atau dibawah kulit luar telinga selama 22-64 hari.
 36-72 jam setelah penghentian perlakuan terjadi birahi 64 % (Ismaya, 1998).
5. Spons intravagina
 Progesteron juga dapat dimasukan ke vagina dengan memakai spons, diharapkan dapat menghasilkan estrus yang baik.
 Pemasangan spons selama 18-21 hari dan birahi akan tampak 24-72 jam setelah pengambilan spons dari vagina.
 Kelemahan: spons sering berubah tempat, kerusakan mukosa vagina dan serviks.
 Progesteron releasing intra vagina device (PRID) adalah alat intravagina pelepas progesteron dengan speculum pada bagian vagina anterior (Ismaya, 1998).
 Dengan penyuntikan PMSG (750-2000 IU) sebelum dan sesudah pengeluaran spons dapat meningkatkan birahi dan fertilisasi (Ismaya, 1998).
6. Progestagen dalam waktu singkat
 Untuk meningkatkan fertilisasi prostagen diberikan 9-12 hari saja.
 Sebelumnya disuntikan 5-7,5 mg EB dan 50-250 mg progesteron dan setelah penghentian perlakuan, maka 56 jam kemudian birahi dan dapat di IB (Ismaya, 1998).


7. Injeksi prostaglandin PGF 2alfa
 Publikasi pertama mengenai terapi prostalglandin baru muncul tahun 1970 dan terus berkembang sejalan ditemukannya analog prostaglandin.
 Lebih sederhana dan mencegah menurunya fertilisasi.
 Penyuntikan intra muskular tunggal untuk fase luteal dan ganda (10-12 hari) untuk yang heterogen fasenya, IB dilakukan 58-72 jam atau 72 dan 96 jam (IB Ganda)
 Contoh PGF2alfa analog: ICI 80966, ICI 81008, Reprodin, Penyuntikan tunggal yang mengandung 500 g kloprostenol yang diberikan pada fase luteal menyebabkan estrus 48-72 jam kemudian, atau pemberian reprodin yang mengandung 3 mg/ml sebanyak 5 ml pada fase luteal. Bila dosis ganda dengan kisaran waktu 10-12 hari maka birahi dapat terjadi serentak 90-95 %
 Pengulangan inseminasi 24 jam kemudian, dapat memberikan hasil yang lebih baik (Ismaya, 1998).

Metoda sinkronisasi pada beberapa spesies
A. Pada Babi
Bahan yang digunakan adalah bahan kimia bukan steroid yang diberikan melalui ransum selama 20 hari. Setelah itu pemberian dihentikan dan 5 hari setelah penghentian akan terjadi estrus secara serentak.
Selain itu bisa juga digunakan PGF2 alpha melalui suntikan intra muskuler dengan dosis 8 mg/ekor,ini dilakuka pada hari ke 12 dari siklus berahi maka berahi akan muncul 1-3 hari kemudian.

B. Pada domba
Sinkronisasi pada domba dapat dilakukan dengan dua cara:
a) Pemberian progesterone dengan suntikan intra muskuler,intra vena, dan intra vagina
Melalui intra vagina adalah dengan jalan mencelupkan spons yang telah berisi larutan progesterone dan dimasuk kan kedalam saluran reproduksi betina yang tidak bunting selama 14-19 hari.
Spons ini berbentuk bulat panjang sebesar ibu jari dengan panjang nya sekitar 4 cm dan dibelakangnya diikat dengan tali nilon.
2 hari setelah penarikan spons yang berisi progesterone dan diserap oleh vagina sehingga masuk keperedaran darah dan menekan kejadian berahi,berahi akan terjadi 1-3 hari kemudain.
Secara fisologis,setelah penarikan spons makan suplay progesterone akan terhenti ini menyebabkan ransangan pada hipofisa untuk mengeluarkan FSH dan LH,selanjutnya folikel akan tumbuh pata taraf yang matang sehingga terjadilah estrus.

b) Pemberian PGF2 alpha
Secara umum dilakukan dengan suntikan intra muskulerdengan dosis 6-8 mg/ekor.Berahi akan muncul 1-3 hari kemudian.


C. Pada Sapi
Pada sapi sering digunakan PGF2 alpha yang berfungsi menghancurkan korpus leteum yang sedang berfungsi dan tidak efektif pada korpus luteum yang sedang tumbuh.
Pada dasarnya korpus luteum tumbuh pada 0-5 hari setelah estrus dan pada hari 6-16 korpus luteum berfungsi.

Cara penyuntikan PGF2 alpha
1) Penyuntikan satu kali
Pada cara ini sebua betina yang tidak bunting disuntik dengan PGF2 alpha,estrus akan terjadi 1-3 hari kemudian.
Secara teori kebrhasilan cara ini sekitar 75% kerena diperkirakan 25% ny masih berada pada kondisi estrus sampai 5 hari setelah estrus.untuk mendapatkan hasil 100% maka diperlukan penyuntikan kedua.

2) Penyuntikan dua kali
Semua betina yang tidak bunting disuntik dengan PGF 2 alpha, kemudian penyuntikan diulangi lagi pada hari kesebelas (11).Berahi terjadi secara serentak 1-3 hari kemudian dan 100% berahi.
Dosis PGF 2 alpha adalah 5 – 35 mg/ekor.